
pasaRpetani.com – Sistem budidaya Hazton berasal dari singkatan dua penemu sistem ini, yaitu Ir. Hazairin MS, selaku Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Barat dan Anton Komaruddin SP. MSi, staf pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Barat.
Pada dasarnya sistem ini memadatkan jumlah populasi per lubang tanam. Bibit tua berumur 25-30 HSS, ditanam sebanyak 30 bibit per lubang tanam. Sedangkan teknik budidaya lainnya tidak berbeda dengan sistem tanam pada umumnya, atau sama dengan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi yang direkomendasikan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan).
Bibit yang disarankan dalam teknik Hazton ini adalah pemilihan jenis varietas padi yang mempunyai anakan sedikit namun mempunyai malai panjang dan lebat. Dengan teknik Hazton ini dapat memastikan setiap bibit setidaknya dapat menghasilkan satu malai panjang produktif.
Dari beberapa hasil penerapan teknik Hazton terbukti bisa meningkatkan produktivitas, namun demikian ada beberapa daerah yang gagal dalam menerapkan teknik Hazton ini. Salah satunya karena serangan penyakit seperti penyakit blas.
Nampaknya perlu diperhatikan bahwa penggunaan teknik ini harus disesuaikan dengan jenis varietas padi dan kearifan lokal di daerah setempat. Varietas padi yang mempunyai anakan produktif banyak tentu tidak efektif jika menggunakan teknik Hazton ini, karenan dinilai boros benih.
Untuk daerah yang endemik keong mas dan sulit drainase, teknis Hazton bisa saja menjadi salah satu solusi mengatasi serangan keong mas. Oleh sebab itu sistem Hazton ini harus disesuaikan dengan spesifik lokal masing-masing.