Gawat, Market Crash Di Amerika dan Jepang, Bisa Crisis ?

0
187
Market Crash
Market Crash

pasaRpetani.com Market crash adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan penurunan tajam dan cepat dalam harga aset di pasar keuangan. Penurunan ini biasanya terjadi dalam waktu singkat, sering kali dalam hitungan hari atau minggu, dan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti:

Kepanikan Investor : Ketika investor secara kolektif merasa khawatir tentang kondisi ekonomi atau politik, mereka mungkin mulai menjual aset mereka dalam jumlah besar, yang menyebabkan harga turun tajam.

Data Ekonomi yang Buruk : Laporan ekonomi yang buruk, seperti penurunan signifikan dalam PDB atau peningkatan tajam dalam tingkat pengangguran, dapat memicu kekhawatiran di kalangan investor dan menyebabkan penjualan besar-besaran.

Peristiwa Geopolitik : Peristiwa seperti perang, serangan teroris, atau ketegangan politik internasional dapat menciptakan ketidakpastian dan ketakutan di pasar, yang mengarah pada crash market.

Kegagalan Sistemik : Kegagalan lembaga keuangan besar atau runtuhnya pasar kredit dapat menyebabkan krisis keuangan yang meluas, seperti yang terjadi pada krisis keuangan global tahun 2008.

Overvaluation : Pasar yang mengalami kenaikan harga yang cepat dan tidak realistis dapat mengalami koreksi tajam ketika investor menyadari bahwa harga tidak lagi mencerminkan nilai sebenarnya.

Contoh terkenal dari market crash :

Kepanikan Pasar Saham 1929 : Penurunan besar-besaran di pasar saham AS yang memicu Depresi Besar.
Black Monday (1987) : Pada 19 Oktober 1987, pasar saham di seluruh dunia mengalami penurunan tajam, dengan Dow Jones Industrial Average jatuh sebesar 22% dalam satu hari.
Krisis Keuangan 2008 : Dipicu oleh runtuhnya pasar perumahan dan kegagalan lembaga keuangan besar, yang menyebabkan resesi global yang signifikan.

Market crash sering kali diikuti oleh periode volatilitas tinggi dan ketidakpastian di pasar keuangan, dan dapat berdampak negatif pada perekonomian secara keseluruhan, termasuk peningkatan pengangguran dan penurunan pertumbuhan ekonomi.

Market Crash di Amerika dan Jepang

Pada awal minggu ke dua Agustus 2024 market crash terjadi dimana mana, yang paling parah adalah Amerika dan Jepang. Seperti di S&P500 merupakan bursa di Amerika yang mengalami crash hingga lebih dari 5%. Kemudian diikuti oleh bursa Nikkei yang mengalami crash lebih dari 9%.

Hal ini mengakibatkan kepanikan massal dan orang-orang serentak menjual assetnya, karena mereka melihat akan terjadi krisis ekonomi global. Ada kemungkinan lebih parah dari krisis akibat Covid 19.

Kenapa Jepang bisa mengalami Crash? padahal selama ini market Jepang dikenal sebagai bursa efek yang paling stabil di dunia. Berbeda dengan market di Indonesia, Amerika dan bursa efek lainnya di dunia yang sangat volatil naik turun.

Selama ini ekonomi Jepang paling stabil karena suku bunganya nol persen. Tak heran jika perekonomiannya juga flat. Padahal suku bunga ini yang membuat orang konsumtif kemudian meminjam ke bank. Bahkan ketika bank di luar Jepang berlomba-lomba menaikkan suku bunga (Amerika sampai menaikkan hingga 5%). Jepang tetap mempertahankan suku bunganya tetap nol persen.

Namun kali ini Bank of Japan (BoJ) atau Bank centralnya Jepang membuat kebijakan revolusioner. Kebijakan yang menyebabkan bursa di seluruh dunia merah kebakaran. Kebijakan tersebut adalah menaikkan suku bunga yang awalnya 0% naik menjadi 0,25%. Kenaikan ini ternyata memicu penarikan dana besar-besaran dari Amerika. Dana penarikan tersebut kemudian dialihkan kembali ke Jepang. Hal inilah membuat nilai mata uang dollar melemah dan menaikkan nilai mata uang Yen.

Carry Trade Yen

Bank of Japan menaikkan suku bunga secara mengejutkan untuk mengatasi inflasi yang tinggi. Hal ini menyebabkan penguatan yen secara tajam dan memicu pembongkaran carry trade yen. Carry trade adalah strategi dimana investor meminjam uang dalam mata uang dengan suku bunga rendah (seperti yen) dan menginvestasikannya dalam aset yang memberikan hasil lebih tinggi di negara lain​ (markets.businessinsider.com)​ (InvestorPlace).

Di Amerika Serikat, pasar saham juga mengalami penurunan tajam. Dow Jones turun lebih dari 1.000 poin dan Nasdaq turun 3,4% dalam satu hari. Faktor-faktor yang berkontribusi termasuk laporan ketenagakerjaan yang lemah. Kinerja laba yang buruk dari perusahaan-perusahaan teknologi besar seperti Amazon dan Intel. Serta kekhawatiran bahwa Federal Reserve tertinggal dalam kebijakan suku bunganya. Ini meningkatkan kekhawatiran resesi di kalangan investor​ (markets.businessinsider.com)​ (DW).

Selain itu, volatilitas pasar yang tinggi juga dipengaruhi oleh kekecewaan terhadap laporan pendapatan dari perusahaan teknologi utama. Volatilisasi mengindikasikan bahwa ledakan investasi AI mungkin mulai mengempis. Hal ini memicu penjualan besar-besaran dalam saham-saham teknologi, menyebabkan indeks Nasdaq jatuh hampir 9% dalam dua hari perdagangan​ (DW)​ (InvestorPlace).

Secara keseluruhan, kombinasi dari kebijakan moneter yang ketat di Jepang, kekhawatiran resesi di AS dan kinerja buruk dari sektor teknologi telah memicu gejolak di pasar global pada 2024 ini.

Tinggalkan Balasan

Please enter your comment!
Please enter your name here