pasaRpetani.com – Beberapa hari terakhir para suami mengeluh karena sambalnya tidak terlalu pedas. Begitupun ibu ibu yang biasa belanja di pasar juga tampak cemberut kalau pulang dari pasar. Begitulah kira-kira gambaran kondisi konsumen cabe rawit di Indoesia seminggu terakhir ini.
Usut punya usut keluhan tersebut ternyata disebabkan harga cabe rawit menembus langit, alias harganya sudah tidak masuk akal. Kenaikan dalam seminggu terakhir bisa mencapai Rp. 10rb – 20rb /Kg.
Terpantu harga cabe rawit dalam laman Pusat Informasi Resmi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS) di beberapa daerah mengalami kenaikan sangat tinggi bahkan mencapai Rp. 200rb /Kg seperti harga di Pasar Langgur, Kota Tual, Maluku.
Harga tinggi berkisar diatas Rp. 100rb /kg terjadi di hampir seluruh Sulawesi, seperti Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku dan Maluku Utara. Sedangkan rata-rata di Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan berkisar Rp. 70rb – 90rb /kg.
Harga cabe rawit di sekitar Jabodetabek dan Jawa Barat juga berkisar Rp. 100rb-120rb/Kg, di Jawa Timur masih normal berkisar Rp. 76rb – 90rb/Kg dan Jawa Tengah berkisar 80rb-100rb /Kg.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, bulan Desember atau menjelang tahun baru, harga cabe dan komoditas lainnya umumnya akan naik. Penyebab kenaikan tersebut bisa disebabkan karena beberapa hal.
Desember merupakan awal musim hujan dimana pasokan produksi cabe berkurang karena dipengaruhi oleh serangan penyakit pada buah cabe yang biasanya meningkat, sehinga dapat menurunkan mutu cabe.
Apalagi musim tahun ini sebagian wilayah baru saja melewati musim El Nino, dimana musim kemarau lebih panjang, dan musim hujan datang terlambat. Akibatnya, daerah produksi cabe terdampak karena kekurangan air dan hasilnya terasa dibulan Desember, dimana seharusnya panen malah tidak panen atau jumlahnya berkurang.
Baca Lainnya : Prabowo Subiakto Menanggapi Kritikan Food Estate